ASTERIA

Soekarno Menyembunyikan Harta Karun di Swiss

HARTA karun peninggalan mantan presiden Soekarno selama ini masih misteri, bahkan tak sedikit yang meragukannya. Kasus kegagalan pencarian harta peniggalan Prabu Siliwangi di Istana Batutulis beberapa waktu lalu, sepertinya memupus harapan orang untuk memercayai hal-hal yang sulit dibuktikan kebenarannya.

Namun lelaki yang menyebut diri satria piningit bernama Soenuso Goroyo Soekarno mengaku dapat mengangkat peninggalan Presiden Pertama RI itu. Bentuknya berupa ratusan keping emas lantakan, platinum, sertifikat deposito obligasi garansi, dan lain-lain. ''Ini baru sampel dan silakan mengecek kebenarannya. Jika bohong, saya siap digantung,'' katanya, Jumat kemarin, kepada pers.

Mantan anggota TNI yang dahulu bernama Suwito itu sengaja mengundang wartawan di rumahnya, Perumahan Cileungsi Hijau, daerah perbatasan Bogor-Bekasi, untuk menyaksikan temuannya. Di rumahnya yang cukup megah disiapkan hidangan layaknya orang hajatan. Maklum, Goroyo, begitu dia biasa disapa, juga mengundang Pangdam Jaya, Kapolda, dan anggota Muspida. Tetapi dari mereka, tak ada pejabat datang.

Kepada tamunya, suami RA Lastika ini memperlihatkan peti besar berisi ratusan keping emas lantakan, masing-masing beratnya 8 ons bergambar Soekarno dan di baliknya ada gambar padi dan kapas. Pada satu sisinya ada tulisan 80 24K 9999. Sementara itu emas putih (platinum) juga berbentuk lantakan berlogo tapal kuda putih bertulisan JM Mathey London. Logam itu dibungkus emas dan bersertifikat emas pula.

Meskipun bersertifikat dan diyakini keasliannya, pada kesempatan itu tidak dihadirkan orang yang mengetahui emas atau pakar yang bisa memastikan asli atau tidak harta benda tersebut.

Memberi Kuasa

Peninggalan lain berupa sertifikat deposito bertanggal 16 Agustus 1945 yang dikeluarkan oleh BPUPKI yang menyebut sejumlah harta yang disimpan di suatu tempat. Ada pula sertifikat berbahasa Inggris yang juga disegel dan ditulis di atas lembar kuningan. Sertifikat itu ada yang bertuliskan ''Hibah Substitusi'' yang dipercayakan kepada R Edi Tirwata Dinata (108).

Yang terakhir ini, konon karena sudah tua, lantas memberikan kuasa kepada R Anton Hartono untuk mengurus harta benda yang disimpan di Swiss. Bentuknya mikrofilm, dua lembar dokumen, anak kunci boks deposit di JBS, Jenewa, dan dua buah koin. Di dalam sertifikat itu disebutkan, ada dana berjumlah 126,2 miliar dolar AS dan 63,10 miliar dolar AS.

''Insya Allah, jika saya diberi izin, semua harta peninggalan Bung Karno ini bisa membayar utang kita. Saya yakin bisa melaksanakannya,'' ungkap Goroyo sembari membantah dirinya paranormal. Dia juga membantah berambisi menjadi presiden atau jabatan politis lain. ''Semua saya lakukan dan beberkan untuk membangun negara kita,'' tegasnya.


Saat mendekati rumahnya, di pintu gerbang perumahan dan di depan rumahnya terpampang spanduk putih bertulisan merah, ''Satrio Piningit Soenuso Goroyo Soekarno sang Juru Selamat Telah Hadir di Bumi Indonesia.''

Namun wartawan yang datang sejak pukul 11.00, baru diterima seusai shalat jumat. Goroyo mengenakan stelan jas putih, sepatu putih, mirip yang dikenakan Presiden Soekarno.

Di ruang tamunya juga dipajang foto dirinya bersama seorang jenderal. Ada pula yang memperlihatkan saat dirinya menjadi anggota Batalyon Arhanud SE 10/Kodam Jaya. Namun, dia enggan membeberkan latar belakang jati dirinya. ''Saya ini orang susah. Jadi tentara pangkatnya juga di sini (memegang lengannya). Jika saya pakai pakaian seperti ini, hanya model. Kebetulan saya suka,'' tuturnya.

Proses Pencarian

Goroyo mengemukakan, dia hanya ingin ada saksi dari aparat soal harta temuannya itu. Selanjutnya akan diserahkan kepada Presiden Megawati dan diharapkan bisa melunasi utang luar negeri pemerintah. ''Saya tidak ingin imbalan apa pun termasuk jabatan. Saya hanya butuh pengakuan dan surat kuasa untuk meneruskan pencarian harta ini. Namun tampaknya Kapolda dan Kapolri berhalangan.''

Dia menceritakan proses pencarian harta tersebut. Diawali dari kebiasaannya bertirakat di berbagai tempat, lantas mendapatkan petunjuk. Petunjuk awal adalah sebuah tongkat wasiat yang diyakini tongkat komando milik Presiden Soekarno yang kemudian disimpannya hingga kini.

Selanjutnya, dengan tirakat pula, secara gaib harta benda itu bisa diangkat dari beberapa daerah di Bali, Jawa Tengah, dan Sumatera Selatan. ''Meskipun benda ini kini nyata, tapi awalnya adalah harta gaib. Jadi, mengambilnya juga dengan cara gaib. Saya tidak boleh memilikinya. Saya diperintahkan menyerahkan kepada negara untuk menyelamatkan bangsa,'' paparnya.

Ketika disinggung, kenapa justru membeberkan kepada wartawan, bukan langsung menyerahkan kepada pemerintah, Goroyo menyatakan dirinya sudah capai berhubungan dengan pejabat. Awalnya dia melapor kepada Presiden Megawati, tapi tidak digubris. Kemudian kepada mantan atasannya, Kol Art Harus Putri Osa, Dan Men Arhanud I Kodam Jaya, ke Mabes TNI, bahkan juga dilaporkan kepada anggota DPR Permadi SH.

Namun semua seperti tidak menghiraukannya. ''Karena itu, saya mengundang rekan-rekan wartawan untuk menyaksikan langsung,'' ujar Goroyo sembari menegaskan, sebagai satria piningit dirinya mengemban tugas menyelamatkan bangsa. Sebutan satria itu dia jelaskan, tidak ada kaitannya dengan ramalan yang pernah diucapkan Permadi bahwa negeri ini akan dipimpin satria piningit.(wa,F4,md-29j)

SOEKARNO GOLD

TONGKAT ALI PILLS

Pusaka Bung Karno

Pusaka Bung Karno
Berebut Keaslian Tongkat Keramat

Jakarta, 4 September 2001 00:42
GAUNG peringatan satu abad Soekarno seakan tak juga sirna. Seabrek kegiatan yang dimulai menjelang kelahirannya, 6 Juni lalu, selalu marak. Agenda acara paling bontot, pameran ''Jumpa Bung Karno'' di Gedung Pola, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, pun mendapat perhatian luar biasa dari masyarakat. Ajang pamer benda peninggalan Bung Karno, yang berlangsung hingga 15 September, itu disesaki pengunjung tak kurang dari 5.000 orang setiap hari.

Pameran itu seakan menabalkan Bung Karno sebagai sosok yang tak lekang dimakan waktu. Sampai-sampai, peranti tetek-bengek Bung Karno pun dikeramatkan pengagum beratnya. Tak sedikit yang menyebutnya sebagai pusaka. Termasuk ''kasus tongkat komando Bung Karno'' yang menyeret Lia Aminuddin, tokoh Salamullah, ke pengadilan, Rabu pekan lalu.

Gara-gara melenyapkan tongkat Bung Karno itulah, Lia digugat Rudi Fachrudin, yang mengklaim sebagai ''ahli waris'' si tongkat. Toh, banyak kalangan menyangsikan bagaimana juntrungannya tongkat keramat itu berpindah ke tangan Rudi. Apalagi, yang disebut tongkat komando Bung Karno, menurut Enong Ismail, anggota tim inventaris pameran ''Jumpa Bung Karno'', ya, cuma satu.

Tongkat komando tersebut kini dipajang di lantai V Gedung Pola. Sedangkan belasan lainnya yang disimpan di Istana Merdeka adalah tongkat biasa, pemberian pimpinan negara sahabat, ketika Soekarno masih menjabat presiden. Meski begitu, para pemegang tongkat komando Soekarno banyak bermunculan. Mereka mengklaim sebagai tongkat asli, lengkap dengan sejarah dan cerita kesaktiannya.

Koeshartadi, misalnya. Pengusaha asal Surabaya ini mengaku pernah memiliki tongkat berjuluk Tunggul Drajat Ndaru Puspito --tonggak lurus penopang bunga-- hasil perburuannya pada 1990. Wujudnya jauh berbeda dibandingkan dengan tongkat milik Rudi. Tunggul memiliki badan dari logam warna cokelat sepanjang 40 sentimeter. Pada bagian atas, warnanya lebih muda ketimbang bawahannya.

Pemburu benda klenik itu mengklaim tongkat Tunggul-nya adalah yang asli. ''Sejarahnya paling jelas,'' kata pengurus daerah Ikatan Pencak Silat Indonesia Jawa Timur itu. Yang dimaksud sejarah oleh Koeshartadi rupanya tak jauh dari dunia mistik yang sulit dicerna akal sehat.

Menurut Koes, si Tunggul adalah tongkat komando yang pernah dipegang Mahapatih Majapahit, Gajah Mada. Asal-muasalnya, konon, dibuat Empu Barada, pembuat keris yang tersohor di era Raja Airlangga, 10 abad silam. Seterusnya, perjalanan sang tongkat kian musykil, yang tak ketemu rujukannya dari ahli sejarah.

Koes yang demen ilmu kebatinan itu berkisah bahwa sang tongkat sempat moksa --raib ke alam gaib-- sebelum tiba-tiba muncul di Blitar, Jawa Timur. Koes menjelajah sekujur tanah Jawa untuk mendapat pusaka Bung Karno. Tapi, ia hanya ketemu satu barang, ya tongkat itu tadi.

Perjumpaan dengan si tongkat, kata Koes, lewat seorang warga Blitar yang tak jelas asal-usulnya. Ia membelinya dengan harga jutaan rupiah. Meski akhirnya, tongkat itu dilepas Koes, karena ia merasa tak berhak memilikinya. Namun, Koes merahasiakan pembelinya dan besarnya ''mas kawin'' pengganti tongkat.

Hikayat tongkat versi Romo Yoso, tokoh kasus Brigade X Malang yang mengaku titisan Bung Karno, lebih aneh bin ajaib. Koleksi barang keramat Soekarno milik Romo Yoso tak cuma tongkat. Selain tiga pucuk tongkat, Romo Yoso juga mengaku punya burung Garuda Emas, pedang Kiai Sengkelad, keris Nogo Sosro dan Setro Banyu, serta seabrek nama aneh yang disebut Romo Yoso sebagai barang keramat Bung Karno.

Anehnya, semua barang tersebut didapat dari hasil pertapaan Romo Yoso di gua-gua yang dianggap keramat. ''Semua pusaka di Nusantara milik Bung Karno sudah saya miliki,'' kata Romo Yoso, yang berburu harta Soekarno sejak 11 tahun silam.

Keberadaan tongkat dari antah berantah itu berlainan dengan kesaksian Kanjeng Raden Haryo Tumenggung Hardjonagoro, ahli budaya senior Keraton Surakartahadiningrat. Seingat Hardjonagoro, yang dikenal dekat dengan Soekarno di awal 1960-an, tongkat koleksi Bung Karno jumlahnya sekitar 10. Bahan dasarnya dari kayu. ''Ada yang dari cendana, gading, akar bahar, dan dipadu dengan sungu,'' kata abdi dalem keraton yang punya nama asli Go Tik Swan itu.

Sayangnya, Hardjonagoro tak bersedia merinci wujud tongkat asli milik Bung Karno itu. ''Saya hanya mau mengatakan kepada Bu Megawati,'' katanya. Gusti Raden Ayu Koes Moertiyah, putri raja Surakarta Paku Buwono XII, pun meragukan keaslian benda peninggalan Bung Karno yang beredar di masyarakat. Anggota legislatif dari PDI Perjuangan itu menduga, benda-benda milik tokoh terkenal seperti Soekarno hanya dijadikan komoditas bisnis.

Seperti kejadian bulan lalu, ketika Gusti Mung, panggilan akrabnya, kedatangan tamu bernama Salimi yang membawa sebilah keris. Menurut penuturan Salimi kepada Gusti Mung, keris tersebut punya ''garis kerabat'' dengan keris-keris Bung Karno. Salimi bermaksud menyerahkan keris itu kepada Megawati Soekarnoputri lewat Gusti Mung.

Permintaan Salimi ini ditolak Gusti Mung. ''Orang itu punya maksud tak jujur,'' katanya. Gusti Mung yakin, bila dituruti, ujung-ujungnya hanya soal duit. Biasanya, masih kata Gusti Mung, mereka akan minta duit untuk biaya selamatan yang besarnya jutaan rupiah.

Sebagai komoditas menggiurkan, di mata para pemburu, barang peninggalan Soekarno tak ubahnya harta karun. Selain benda pusaka, Soekarno disebut-sebut juga menyimpan dana revolusi berwujud emas lantakan dan jutaan poundsterling di Union Bank of Switzerland (UBS), Swiss. Tersebutlah Gunarjo dan Pujo Warno, para pemburu harta ''warisan'' itu.

Gunarjo, pendiri lembaga pendidikan Gama 81, Yogyakarta, konon menghamburkan duit hingga Rp 4 milyar untuk mencairkan simpanan Soekarno itu, dalam kurun 1988-1990. Pria asal Solo ini meyakini, aset atas nama Mr. Soekarno di bank Swiss tersebut benar adanya. Dalam sertifikat UBS, tertera berat emas lantakan Soekarno mencapai 72.000 ton. Tapi, harta ini tak bisa dicairkan. ''Mereka punya aturan main yang tidak bisa ditembus,'' katanya ketika itu.

Informasi emas simpanan Bung Karno itu juga menyeret Pujo Warno, pengusaha semen asal Jakarta, untuk mengubernya. Emas versi Pujo Warno jumlahnya ''cuma'' 4,5 ton. Toh, meski bertandang ke UBS, yang diyakini sebagai tempat penyimpanan, Pujo pulang dengan tangan hampa.

Sultan Sulu Filipina, Maulana Jamalul Kiram III, pun terpedaya isu emas lantakan Soekarno. Ia tergiur membeli sertifikat emas Soekarno di UBS, yang dipegang Parman, warga Klaten, April tahun lalu. Duit Rp 7 juta telah diserahkan kepada Parman, eh, ternyata, sertifikat itu palsu.

Bisa jadi, tongkat dan keris peninggalan Soekarno yang diributkan orang adalah benda tiruan belaka. Guruh Soekarnoputra sendiri meyakini, benda-benda peninggalan Soekarno tak ada yang tersebar di masyarakat. ''Kalaupun ada, harus jelas pembuktiannya,'' kata bungsu lima bersaudara dari istri Soekarno, Fatmawati, itu kepada Dewi Sri Utami dari GATRA.

Tampaknya, soal buru-memburu benda pusaka Soekarno itu, menurut Prof. Dr. Simuh, lebih dilatari kepercayaan mistik. Dalam pengamatannya, Soekarno tergolong figur yang tak bersih dari mistik. ''Barang-barang Soekarno itu representasi kepemimpinan gaya kerajaan, yang diyakini berdaya magic,'' kata pakar sinkretisme yang juga guru besar Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, itu.

Lepas dari perkara mistik, beragam benda ''keramat'' tersebut, menurut Sindhunata, sekadar bahasa kekuasaan. Menurut budayawan Yogyakarta ini, dalam khazanah kebatinan Jawa tak dikenal benda-benda pusaka. Bila orang tetap menguber pusaka Bung Karno, ''Itu kebudayaan yang salah,'' katanya. ''Kekuatan'' benda tersebut tak lebih dari sekadar cerita babad dan sejarah.

Beberapa surat wasiat yang ditulis Bung Karno pun tak menyebut-nyebut tongkat komando dan keris pusaka. Barangkali para pemburu itu perlu merenung lebih lama, seperti saran Damardjati Soepadjar. Dosen filsafat Timur di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, ini malah mengartikan pusaka Bung Karno adalah Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Ada-ada saja, siapa mau berburu Pancasila?

Dipo Handoko, Kastoyo Ramelan (Solo), Rachmat Hidayat (Surabaya), dan Sujoko (Yogyakarta)
[Laporan Utama, Gatra Nomor 42 Beredar 3 September 2001]

Wednesday, June 18, 2008

Polres Sleman Siap Usut 10.700 Ton Emas Milik Soekarno

Polres Sleman Siap Usut 10.700 Ton Emas Milik Soekarno

Yogya, Bernas
Kapolres Sleman Letkol Pol Drs Antonius Joko Sutrisno menyatakan siap mengusut kasus dokumen harta karun palsu, berupa 10.700 ton emas, platinum, dan obligasi, dari almarhum mantan Presiden RI, Soekarno, yang didepositokan di Union Bank of Switzerland (UBS) di Swiss yang diduga melibatkan warga Sleman, bernama Musiran. Bila Polres Klaten meminta bantuan untuk mengungkap kasus ini, pihaknya akan menyelidiki dan mengusut hingga tuntas.

Dihubungi Bernas di Sleman, Minggu (9/4) malam untuk menanggapi kasus dokumen harta karun palsu yang diduga melibatkan warga Sleman sebagaimana dilaporkan dua orang asing di Mapolres Klaten, Sabtu pekan lalu, Kapolres menyatakan, hingga kini pihaknya belum dihubungi Polres Klaten.

Seperti diketahui, Maria Aurora Mosammat Khan (46) pemegang paspor Filipina dan Kairul K Salleh (40) pemegang paspor Brunei selaku kuasa Sultan Maulana Jamalul Kiram III dari Filipina, Sabtu lalu melaporkan warga Klaten, Jateng, bernama Tambo S Parman (70) ke Mapolres Klaten. Parman dituduh memberikan dokumen harta karun palsu, berupa 10.700 ton emas, platinum, dan obligasi, dari almarhum Soekarno dan seluruh Sultan di Indonesia, dan kepada Sultan Filipina itu.

TS Parman diduga menjadi anggota sindikat penipu internasional yang menawarkan harta karun untuk raja-raja di wilayah Asia Tenggara.

Sementara itu, Parman, kepada pers di Mapolres Klaten, Sabtu lalu mengatakan tidak tahu-menahu soal dukuman harta karun palsu itu. Pasalnya, dokumen tersebut milik wagra Sleman, Yogyakarta, bernama Musiran yang beristrikan orang Klaten. Ia menjelaskan, semula dirinya ditanya seseorang tentang dokumen itu dan ia menunjukkan bahwa pemiliknya adalah Musiran. Ternyata, justru dirinya yang diadukan ke Mapolres. "Saya tidak tahu apa-apa dan dokumen itu milik Musiran," kilah Parman.

Kapolres menambahkan, pihaknya belum menerima pelimpahan dan penyerahan perkara tentang dugaan pemalsuan dokumen perjanjian antara seluruh Sultan di Indonesia, Filipina, Malaysia, dan almarhum Soekarno atas harta karun tersebut. Apabila nantinya tempat kejadian perkara (TKP)-nya bukan hanya terjadi di Sleman, masalahnya akan dilimpahkan ke Polda DIY. "Terus terang, kami baru tahu dari Anda. Atas informasi ini, kami akan berkoordinasi dengan Polres Klaten," papar Kapolres.

Sulit komunikasi
Aparat Polres Klaten sempat kelabakan menerima pengaduan dua warga Filipina itu, karena sulit berkomunikasi. Para pelapor sama sekali tidak bisa berbahasa Indonesia. Akhirnya dengan dibantu beberapa wartawan yang kebetulan berada di Mapolres, penyidikan berjalan lebih lancar. Pemeriksaan berlangsung hingga Sabtu malam.

"Nama Sultan of Sulu (Sultan Jamalul Kiram) tercemar gara-gara dokumen palsu yang diberikan TS Parman, warga Klaten sini," kata Maria dalam bahasa Inggris kepada Bernas.

Maria bercerita, informasi awal adanya harta emas lantakan milik Soekarno yang diberikan kepada Sultan tersebut diperoleh dari Syawal Tajib, warga Brunei yang berkebangsaan Malaysia. Saat itu, Syawal menghubungi Islamic Bank of Brunei (IBB) untuk mencari orang yang memerlukan dokumen penting itu. Dan IBB kemudian menghubungi Sultan Sulu.

"Akhirnya kami bertemu dengan Syawal. Dia bilang, kalau dokumen asli harta emas Soekarno yang tersimpan dalam deposit UBS di Swiss itu ada di tangan orang Indonesia (TS Parman dan Musiran)," kata Maria yang mengaku saudara dekat Sultan.

Akhirnya disepakati, Sultan mengirim orang-orangnya untuk mencek keaslian dokumen itu ke Indonesia. Setelah dicek oleh tim Sultan, ternyata dokumen itu memang asli. Akhirnya, Sultan datang sendiri menemui Parman dan Musiran untuk serah terima dokumen di sebuah hotel di Yogyakarta, 1 Januari 2000. Sultan menjanjikan uang 10 ribu dolar AS kepada keduanya, jika benar-benar bisa memberikan dokumen aslinya.

"Lembaran dokumen yang akan diserahterimakan itu berupa Certificate of AO Metal Deposite, Certificate of Family Heritage dan Certificate of Gold Deposite yang terdiri dari 12 lembar seperti ini," kata Maria sambil menunjukkan kopian dokumen yang dimaksud.

Saat itu, pihak Sultan meminta Parman dan Musiran ke Jakarta untuk memnunjukkan pada perwakilan UBS Jakarta dengan memberikan biaya tiket dan akomodasi. Ternyata, UBS Jakarta tidak berwenang dalam penanganan sertifikat deposit. Mereka berniat mengajak Parman dan Musiran ke Swiss, namun ditolak dengan berbagai alasan, tak punya paspor, tak ada waktu, dan takut ke luar negeri.

Malahan, kata Maria, setelah itu Parman justru meminta uang untuk dibagi dengan Musiran. Alasan Parman, Musiran miskin dan tidak punya pekerjaan tetap. Akhirnya Musiran dan Parman diberi uang sebesar Rp 17,5 juta.

"Kami yakin sertifikat yang asli masih ada pada Parman dan Musiran, karena waktu tim kami mencek dokumennya memang asli. Tapi, ternyata yang diserahkan kepada Sultan Sulu justru yang palsu. Kami mengadu agar jangan ada orang lain yang ditipu," katanya sambil menambahkan bahwa di rumah Parman dilihatnya banyak dokumen sejenis yang ditujukan kepada Sultan Bolkiah, Sultan Mataram Yogya, Malaysia, dan Sultan of Sulu itu.

Menurut Maria, Sultan Sulu sudah berusaha mencari surat-surat dokumen asli sekitar 40 tahun. Sultan yakin, keberadaan harta warisan tersebut, karena Soekarno sendiri yang memberitahukan langsung kepada Sultan sebelum dia meninggal. Untuk itu, Sultan telah membuat perjanjian untuk menyerahkan 50 persen harta warisan tersebut kepada Indonesia.

"Tidak lama lagi, Sultan of Sulu akan datang ke Indonesia menemui Megawati Soekarnoputri selaku putri Bung Karno untuk membicarakan hal itu," katanya.

Kapolres Klaten Letkol Pol Drs Mustafa Hari Kuncoro didampingi Kasatserse Kapten Budi Santosa mengatakan, pihaknya sedang menindaklanjuti laporan itu dengan meminta keterangan kepada Maria dan Parman.

Parman menolak
Parman seorang warga Desa Somopuro, Kecamatan Jogonalan, Klaten, yang diadukan Maria ke Mapolres Klaten menolak telah menipu, karena dirinya hanya bertindak sebagai perantara yang mengetahui informasi keberadaan dokumen asli.

"Saya dikenalkan dengan Maria melalui Syawal Tajib. Karena ada yang mencari dokumen atas nama Soekarno yang diberikan kepada Sultan Jamalul Kiram III dan saya tahu di mana dokumen itu, ya, saya informasikan. Dan, kalau saya dapat imbalan dari informasi itu, masak saya dituduh menipu," katanya saat ditemui Bernas, Sabtu (8/4) di Mapolres.

Menurut Parman, sebelumnya Sultan, melalui Maria, telah mencari dokumen kepada beberapa orang dan dia adalah orang terakhir yang dimintai tolong untuk mencari dokumen tersebut. "Maria datang kepada saya dan menanyakan dokumen itu, terus saya tunjukkan bahwa dokumen itu ada di Pak Musiran," kata Parman.

Parman menegaskan, dirinya saat ini hanya membawa foto kopi dokumen, sedangkan yang asli dibawa Sultan Jamalul Kiram yang telah diserahkan oleh Musiran dan dirinya, Januari lalu. "Dokumen asli itu sudah mereka bawa. Saya hanya pegang kopiannya," terangnya.

Soal uang yang diberikan sebagai jasa, Parman mengaku menerima Rp 5,5 juta dari Maria. Pada saat penyerahan sertifikat, Sultan memberi Rp 3,5 juta.

"Itu (uang) sebagai tanda ucapan terima kasih. Wajar kan saya dikasih imbalan, karena mempertemukan mereka dengan Musiran. Lagipula saya nggak pernah minta. Kini uang itu telah saya bagi dua dengan Musiran," kata Parman.

"Sebenarnya mereka yang salah, wong seharusnya saya menerima lagi 10 ribu dolar AS bila sertifikat telah cair," tambahnya. (amu/hri) 

Harta kerajaan Indonesia sekarang pada kemana ya?

Harta kerajaan Indonesia sekarang pada kemana ya?
Kerajaan di Indonesia itu kan banyak, kira-kira sampai 114 buah kerajaan.

Sekarang hartanya pada kemana? Ada gak yang disembunyikan sebelum direbut oleh penjajah waktu itu?

Kalo.... keturunannya? Barangkali temen-temen ada yang keturunan raja ^_^.

Jawaban Terbaik - Dipilih oleh Penanya
Menurut sepengetahuan saya harta kerajaan itu pernah dikuasakan dan disimpan oleh Presiden Soekarno, banyak diantaranya disimpan di luar negeri. Tetapi banyak juga yang diamankan oleh para wali amanat. Sampai saat ini harta tersebut menunggu saat yang tepat untuk dicairkan untuk rakyat indonesia. Soekarno sendiri telah memberi kuasa kepada orang kepercayaan untuk menghubungi wali amanat tersebut, dan mencairkan untuk rakyat Indonesia. Percayalah kita akan jadi bangsa yang besar

Penipuan. Orang yang tergiur akan dirugikan.

Quote:
Originally Posted by brownfox View Post
Udah sering denger beritanya ini bang dari beberapa tahun lalu. Awalnya sih biasa2 aja (sambil mikir kalau ini bener kan lumayan buat Indonesia). Tapi lama-lama kebanyakan berita kaya gini belum ada hasilnya juga orang kan jadi mikir "Ini gw dikadalin atau dikibulin..."
Penipuan. Orang yang tergiur akan dirugikan.

Anggaplah harta itu ada, mau disimpan di mana? dalam bentuk apa? Emas atau uang kertas?

Uang kertas mana yang tahun 45an masih berlaku sekarang dan bisa dipakai untuk membangun Indonesia 2008?

Emas? Pakai apa Soekarno bawa emas ke bank di Swiss? berapa kilo? dari mana emas itu datangnya? dari tambang mana? siapa yang menambang?
Atau Soekarno dulu membeli emas? Beli pakai uang mana?

Orang yang tergiur akan percaya Soekarno menyimpan 100 kg emas, 1 ton emas, 1000 ton emas.

Kenapa kita tidak memakai sedikit matematika untuk menghitung.

Katakanlah ada 1000 ton emas, atau tepatnya 1,000,000 kilogram emas di mana harga emas sekarang adalah Rp 250,000,000 per kilogram, maka emas sebanyak 1000 ton hanya berharga Rp 250 trilyun!!!!!!!!!!
Lagipula anda mau menjual 1000 ton emas ke mana?

Apakah dengan Rp 250 trilyun bisa membangun Indonesia menjadi maju seperti negara Eropah?

Soeharto korupsi US 35 milyar yaitu sama dengan Rp 315 trilyun!!!!!!!!!!!!! jauh lebih besar dari simpanan dan cadangan Soekarno.


Dan dengan $35 milyar juga tidak bisa membawa Indonesia semaju Singapore.

Dengan 333 x $35 milyar juga tidak bisa membawa Indonesia semaju Amerika!!!!!!!!



Emas dari mana? harta karun apa??????????? Pemimpi semuanya!!!!!!!!!!!!!!
Reply With Quote